Pada kurang lebih 2500 tahun sebelum masehi,
penggunaan tanaman obat sudah dilakukan orang, hal ini dapat diketahui dari
lempeng tanah liat yang tersimpan di Perpustakaan Ashurbanipal di Assiria, yang
memuat simplisia antara lain kulit delima, opium, adas manis, madu, ragi,
minyak jarak. Juga orang Yunani kuno misalnya Hippocrates (1446 sebelum
masehi), seorang tabib telah mengenal kayu manis, hiosiamina, gentiana,
kelembak, gom arab, bunga kantil dan lainnya.
Pada tahun 1737
Linnaeus, seorang ahli botani Swedia, menulis buku “Genera Plantarum” yang
kemudian merupakan buku pedoman utama dari sistematik botani, sedangkan
farmakognosi modern mulai dirintis oleh Martiuss. Seorang apoteker Jerman dalam
bukunya “Grundriss Der Pharmakognosie Des Planzenreisches” telah menggolongkan
simplisia menurut segi morfologi, cara- cara untuk mengetahui
kemurnian simplisia.
Farmakognosi mulai berkembang pesat setelah pertengahan abad ke 19 dan masih
terbatas pada uraian makroskopis dan mikroskopis. Dan sampai dewasa ini
perkembangannya sudah sampai ke usaha- usaha isolasi, identifikasi dan juga
teknik-teknik kromatografi untuk tujuan analisa kualitatif dan kuantitatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar